Oleh : Joko Sunarno
Dalam tulisan ini akan saya ambilkan beberapa kutipan-kutipan beberapa pandangan tentang awal dan akhir. Tidak lengkap memang, tapi cukup memberikan gambaran. Dan diakhir tulisan sedikit saya masukkan bagaimana saya mengajak diri saya dan orang lain, yang mau, untuk bersikap bijak terhadap pandangan-pandangan tersebut.
Awal dan Akhir dalam Pandangan Agama
Keyakinan agama Budha adalah tiada awal dan tiada akhir. Budha tidak mengakui adanya
penciptaan dunia serta isinya dan pengakhiran dunia (kiamat/neraka/surga). Secara garis besar Budha mengajarkan hidup sesuai alam dimana setiap mahluk harus mempunyai manfaat bagi sesama mahluk lainnya, dalam"budaya"kita disebut cinta kasih. Kesempurnaan rohani dalam Budha disebut mencapai Budhi Dharma, dikatakan akan mempunyai karma yang positip dimana salah satunya adalah dalam kehidupan berikutnya akan hidup lebih baik yang substansinya adalah hidup bahagia. Rahasia kehidupan setelah kematian tersebut sebenarnya adalah rahasia yang sampai saat ini tidak bisa dibuktikan. Prinsip tiada awal dan tiada akhir atau dengan kata lain tanpa sesudah tanpa sebelum, tanpa besok tanpa kemarin, tanpa lahir tanpa mati dapat dipakai untuk menjelaskan konsep ruang tanpa dimensi waktu. Kehidupan adalah mengikuti hukum siklis.
Menurut Islam, meyakini manusia lahir dalam kondisi Fitri (suci). Untuk zaman akhir Islam menyakini hari kiamat ; Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (Al-Kahfi: 82)
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)
Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari ra, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada saat kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kamu ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda,”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat, turunnya Isa as. Ya’juj Ma’juj dan tiga gerhana, gerhana di timur, barat dan Jazirah Arab dan terakhir api yang keluar dari Yaman mengantar manusia ke Mahsyar. (HR Muslim)
Katolik mengimani manusia lahir dalam kondisi berdosa asal. Untuk akhir zaman Gereja Katolik menyebut dengan kedatangan Yesus yang kedua. Kedatangan-Nya yang kedua akan datang tanpa diduga, dengan cara yang sama seperti saat Ia naik ke surga, dan diikuti oleh penghakiman terakhir yang mencakup semua orang. Kedatangan Kristus akan menjadi akhir dunia dan membawa semua manusia kepada pengadilan terakhir (Mat 25) ….”Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas tahta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang …” (Mat 25:31-32)
The End of History and The Last Man
Setelah menang melawan Komunisme pada abad ke-20, Barat menjadi penguasa tunggal. Di puncak piramida kekuasaan, duduk super power Amerika Serikat, yang memegang kunci-kunci kekuasaan dunia. Dengan segala kehebatannya itu, ada yang kemudian berpikir bahwa setelah era dominasi peradaban Barat, maka tidak ada lagi peradaban lain, dengan sistem pemikiran dan kehidupan yang berbeda dengan peradaban Barat. Ketika itulah manusia sudah bersepakat untuk menerapkan Demokrasi Liberal.
Fukuyama, dalam bukunya The End of History and The Last Man, mengemukakan setelah Barat menaklukkan rival idiologisnya: monarkhi herediter, fasisme, dan komunisme, dunia telah mencapai satu konsensus yang luar biasa terhadap demokrasi liberal. Ia berasumsi bahwa demokrasi liberal adalah semacam titik akhir dari evolusi idiologi atau bentuk final dari bentuk pemerintahan. Dan, ini sekaligus sebuah 'akhir sejarah' (the end of history). Sejarah dalam hal ini adalah yang dipahami sebagai sebuah proses tunggal, koheren, evolusioner, dengan memperhitungkan pengalaman seluruh umat manusia di setiap jaman. Dengan mengambil tulisan-tulisan Hegel dan Marx, dimana mereka percaya bahwa evolusi masyarakat manusia tidaklah „open ended” tetapi akan berakhir bila manusia telah mencapai suatu bentuk masyarakat yang sempurna yang terdalam dan memiliki hasrat fundamental. Bagi Hegel „akhir sejarah” adalah dengan terbentuknya Negara liberal, dan bagi Alexander Kojève, seorang penafsir Hegel, menyimpulkan bahwa secara hakiki Hegel benar ketika mendeklarasikan telah berakhirnya sejarah. Namun bagi Marx „akhir sejarah” adalah dengan masyarakat komunis.
Pada akhir sejarah, kata Fukuyama, tak ada lagi tantangan idiologis yang serius terhadap demokrasi liberal. Pada masa lalu manusia menolak demokrasi liberal sebab mereka percaya bahwa demokrasi liberal adalah inferior terhadap berbagai idiologi dan sistem lainnya, seperti monarki, teokrasi, fasisme, komunisme, totalitarianisme, atau apa pun. Tetapi, sekarang, katanya, sudah menjadi konsensus umat manusia, kecuali dunia Islam, untuk menerapkan demokrasi liberal sebagai bentuk pemerintahan yang paling rasional.
Klaim Fukuyama bahwa telah terjadi konsensus umat manusia untuk memeluk "demokrasi liberal" juga bisa dianggap berlebihan. Klaim ini terlalu dini dan mendapatkan banyak kritik. Pada saat ini sikap Barat juga paradoks. Di satu sisi mengkampanyekan 'pluralisme' sebagai salah satu elemen dasar demokrasi liberal, tetapi pada sisi lain juga memaksakan 'uniformitas' tentang keharusan menerapkan standar Barat dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Demokrasi liberal disamping menawarkan banyak kemudahan dan nilai-nilai positif, tetapi juga menyimpan kelemahan-kelemahan internal yang fundamental. Dalam sistem inilah, ilmu pengetahuan tidak dihargai. Orang pintar disamakan dengan orang bodoh. Seorang profesor ilmu politik memiliki hak suara yang sama dengan seorang pemabuk dan pezina. Seorang yang taat beragama disamakan hak suaranya dengan seorang preman.
Menurut Plato (429-347 SM), filosof Yunani Kuno, salah satu kelemahan dan bahaya internal demokrasi adalah pemimpin biasanya dipilih dan diikuti karena faktor-faktor nonesensial, seperti kepintaran pidato, kekayaan, dan latar belakang keluarga. Plato memimpikan munculnya "orang-orang paling bijak" sebagai pemimpin ideal di suatu negara, "Orang-orang paling bijak dalam negara akan menangani persoalan-persoalan manusia dengan akal dan kearifan yang dihasilkan dari dunia gagasan yang kekal dan sempurna."
Makna Awal dan Akhir
Pertentangan-pertentangan antar konsep akhir sejarah sebgaimana yang diungkap Fukuyama dan orang-orang antitesisnya mengungkapkan adanya pembenaran diri dan pahamnya masing-masing. Dalam tulisan ini saya lebih cenderung mengulas tentang impian Plato akan munculnya orang-orang paling bijak yang akan tampil memimpin suatu negara.
Sebuah prosesi kematian bisa menjadi cermin diri kita sendiri. Bahwa selalu ada awal dan akhirnya. Alpha dan Omega, meskipun ada yang meyakini awal adalah akhir dan akhir adalah awal yang baru. Secara manusiawi kita menolak ide besar awal dan akhir. Kata akhir sering dimaknai menggelisahkan, menyedihkan, bisa jadi penyesalah. Siapa yang mau berakhir ? Terlebih sebagian anggota dewan yang masih memikirkan bagaimana bisa bertahan duduk di gedung rakyat. Mengawali dengan janji-janji yang indah, cinta rakyat, cinta perdamaian, mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi dan golongan. Dalam prosesnya mereka terbawa sistem yang diciptakan sendiri dan lupa pada janji awal. Begitu nikmatnya duduk di sana sehingga lupa berdiri untuk pindah tempat lupa bahwa waktu segera berakhir, dan lupa bahwa janjinya belum dipenuhi. Begitu nikmatnya sehingga tidak mau berakhir, “wis ngoyot”, susah dicabut.
Hidup ini hanya “mampir ngombe”, yang menjadi masalah adalah bagaimana kita mengisi saat-saat ini untuk menyiapkan akhir besok atau awal yang baru nanti. Hidup ini ibarat peronda yang menantikan fajar. Dalam rentang waktu malam itu dia selalu berjaga-jaga, dan jika fajar datang tersenyumlah ia karena awal kehidupan baru dimulai. Proses hidup adalah penantian, penantian seorang ibu yang mengandung akan kelahiran anaknya, penantian siswa/mahasiswa akan hasil ujian, penantian petani akan masa panennya, penantian guru akan perbaikan nasibnya, dan penantian yang lain, bahkan penantian anggota dewan atau menteri akan naiknya gaji dan tunjangan. Namun penantian-penantian itu tidak bermakna, tidak berakhir dengan baik manakala selama masa penantian hanya berdiam diri. Seorang ibu yang mengandung tidak akan mendapatkan anak yang baik, atau tidak melahirkan dengan lancar manakala ia tidak berlaku hidup sehat. Siswa/mahasiswa tidak akan mendapat nilai yang baik dalam ujian manakala ia tidak memenuhi kewajibannya dengan baik. Seorang petani tidak mendapat panenan yang melimpah manakala ia tidak menanam bibit yang unggul, tidak mengairi, tidak memupuk tanamannya. Seorang guru tidak akan baik nasibnya manakala ia tidak melakukan tugasnya sebagaimana layaknya orang yang profesional. Anggota dewan/menteri akan banyak digugat rakyat manakala ia meminta kenaikan gaji dan tunjangan sementara buta dan bisu terhadap keprihatinan yang ada.
Itulah makna awal dan akhir bagi saya, memulai dengan baik, berproses dengan bijak, dan mengakhiri dengan sempurna.
Sumber :
http://apakabar.ws/forums//viewtopic.php?f=1&t=23794&start=0 [27 Nov 2009]
http://blog.imanbrotoseno.com/?p=256 [27 Nov 2009]
http://ekonomi.kompasiana.com/2009/06/25/the-end-of-history-or-the-end-of-capitalism/ [27 Nov 2009]
http://katolisitas.org/2009/06/25/akhir-jaman-menurut-ajaran-gereja-katolik-bagian-ke-1/
http://pantjasurya.wordpress.com/2009/02/25/akhir-zaman-menurut-pandangan-islam/
http://pbmmatmarsigit.blogspot.com/2009/03/elegi-menggapai-awal-dan-akhir.html
http://ruang-ihsan.blogspot.com/2008/12/end-of-history-atau-end-of-west.html [27 Nov 2009]
http://susanti1505.multiply.com/journal/item/7 [27 Nov 2009]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar