Selasa, 08 Desember 2009

Masa Depan Dunia

Oleh : Joko Sunarno

Berbicara masa depan dunia, tentunya tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan dunia dari awal (sejarahnya). Perkembangan yang sangat mencolok masa kini adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang menjadi bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan. Pesatnya perkembangan teknologi membuat waktu semakin singkat dan jarak semakin dekat. Perkembangan dunia dalam tulisan ini akan membahas tiga hal; pertama, dunia yang evolutif; kedua, dunia yang siklis; ketiga, dunia yang revolutif.

Dunia yang evolutif.

Charles Darwin, dalam bukunya The Origins of Species (1859), merumuskan untuk pertama kalinya bagaimana suatu spesies dapat berkembang dari spesies lainnya dengan menjalani proses seleksi ilmiah (alamiah). Spesies yang ada sekarang merupakan perkembagann dari proses spesies yang ada sebelumnya. Ia melihat antara kemiripan antara spesies yang ada sekarang dengan fosil-fosil yang ia temukan di kepulauan Galapagos. Dalam teori seleksi alamiah, ia berpendapat bahwa

Pertama, beberapa jenis di dalam satu spesies memiliki kualitas-kualitas yang dapat membantu mereka untuk bertahan lebih baik daripada lainnya.

Kedua, spesies-spesies yang mampu bertahan akan berkembang biak dan mewariskan kualitas mereka ke generasi berikutnya.

Ketiga, dengan begitu, semakin banyak mahluk hidup dari spesies tersebut yang memiliki kualitas untuk bertahan.

Keempat, kualitas dan karakter dari spesies tersebut berkembang terus untuk memungkinkannya bertahan hidup.

Evolusi ini juga terjadi pada perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk mempertahankan kualitas hidupnya sehingga bisa berkembang terus, maka manusia selalu menciptakan ilmu pengetahuan. Mulai dari teori relativitas, mekanika kuantum, genetika sampai perkembangan teknologi sekarang ini. Meskipun teori-teori perkembangan berikutnya banyak yang menentang teori evolusi ini namun yang saya maksudkan dalam tulisan ini adalah manusia akan “mati”, disingkirkan, ditinggalkan, dinihilkan bila tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menggunakannya secara tepat.

Bahkan perkembangan agama pun mengalami evolusi. Mengikuti Bellah, ia membagi evoluisi agama dalam lima tahap : primitif, archaic, historic, awal modern, dan modern. Realita yang sesungguhnya, jelas bahwa agama evolusi tidak bisa direduksi menjadi lima tahap saja. Bahkan Bellah mengaku, “Pada kenyataannya hanya ada dua istilah yang sering diacu ketika membahas tentang agama, yaitu tradisional dan modern”. Agama Primitif berciri khas antara agama yang sakral, tidak bisa dilepaskan dari dunia keseharian. Sistem simbol pada tingkat primitif ini dikarakteristikkan oleh Levy-Bruhl sebagai “le mdnde mythique” atau dalam bahasa Stanner sebagai “the Dreaming”. Pendapat-pendapat membawa kesimpulan sederhana, bahwa dalam khasanah ilmu-ilmu sosial muncul dua pohon besar pendapat tentang agama. Pertama, yang melihat bahwa agama memiliki peran sentral perubahan dunia. Kedua, lebih melihat agama sebagai instrument bagi kepentingan tertentu.

Dunia yang siklis

Prinsipnya perkembangan ini bersifat siklis, adanya sekarang karena adanya yang dulu atau terdahulu. Dunia selalu berkembang namun tidak meniadakan perkembangan sebelumnya. Seperti obat nyamuk bakar, semakin besar dan ada kemajuan yang jelas. Adanya sekarang karena dipengaruhi keberadaan sebelumnya.

Dunia yang revolusif

Prinsipnya perkembangan yang baru meniadakan perkembangan sebelumnya. Penciptaan barang-barang baru atau teknologi-teknologi baru menghilangkan barang lama atau teknologi lama. Paling mudah dilihat adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (komputer).

Charles Babbage, pada tahun 1820, hendak menciptakan sebuah alat mekanis yang didasarkan pada prinsip-prinsip matematika. Ia berusaha menggabungkan alat-alat mekanik yang ada dengan cara kerja matematika, dan ini akan menjadi cikal bakal dari komputer yang sekarang berperan sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sementara Alan Turing (1912 – 1954) sudah menggunakan teknologi digital yang sederhana serta kesadaran bahwa yang terpenting adalah keberadaan tombol binner off/on, seperti yang digunakan dalam relay telepon. Perkembangan komputer sangat pesat, pada masa perang dunia kedua, digunakan untuk memecahkan kode-kode rahasia Nazi Jerman. Bahkan perangkat komputer yang digunakan anak-anak untuk bermain game, di awal abad 21, jauh lebih canggih dan lebih kuat dibandingkan komputer yang dipakai sekutu untuk membongkar kode-kode Nazi Jerman maupun yang digunakan Amerika untuk memprogram pesawat luar angkasa.

Penemuan internet adalah perkembangan yang paling revolusioner. Penemuan ini mampu mengubah kehidupan manusia, terutama yang secara langsung terkait untuk mendapatkan informasi, berkomunikasi, ataupun berpartisipasi dalam seluruh kegiatan di dalamnya yang luas meliputi seluruh dunia. Penemuan dan perkembangan komputer merupakan tanda yang paling jelas dari seluruh proses revolusi digital yang terjadi. Revolusi digital ini mengubah hampir semua aspek di dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, gambar-gambar yang detail kini dapat ditangkap dengan kamera digital, gambar yang ada pun dapat dianalisis sejarah dan keasliannya, juga terjadi suara yang ditransfer dalam bentuk digital, gen manusia dapat dipetakan dengan menggunakan kode-kode biner dan kemundian dimanipulasi, sebuah keping DVD dapat mengahsilakan suara dan gambar dan menghasilakan kualitas yang tidak kalah dengan suara dan gambar aslinya.

Keuntungan dan kerugian perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah menguasai dunia saat ini tidak lepas dari keuntungan dan kerugian.

Keuntungannya antara lain:

1. Untuk layanan internet banking, servis cepat, tersedia setiap saat (24 jam/hari, 7 hari/minggu), nyaman, dan murah.

2. Dalam dunia pendidikan, mudah untuk akses kesumber informasi, ke pakar pendidikan, dan akses untuk kerjasama.

3. Dalam hubungan sosial, mudah, cepat, dan murahnya orang untuk melakukan hubungan sosial atau bisnis dengan orang lain.

Kerugiannya antara lain:

1. Ketergantungan pada alat.

2. Relasi lansung antar individu sangat berkurang.

3. Peran manusia dalam dunia industri semakin berkurang.

Itulah perkembangan dunia sekarang yang didominasi peran teknologi informasi dan komunikasi, bahkan ada yang ekstrim mengatakan, yang berhasil dimasa depan adakah mereka yang meguasai teknologi dan informasi. Semoga dengan perkembangan ini dimasa depan dunia semakin maju dan beradab.

Sumber :

Reza A A Wattimena (2008), Filsafat dan Sains, Grasindo, Jakarta

Tim dosen filsafat ilmu, Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu sebagain dasar perkembangan ilmu pengetahuan, Liberty, Yogyakarta.

http://poldem.co.cc/2009/03/membangun-civil-religion-dalam-masyarakat-majemuk/

http://www.scribd.com/doc/2490516/Internet-untuk-Pendidikan

www.bankmandiri.co.id/demo/internet/.../keuntungan_keamanan.pdf

Senin, 07 Desember 2009

Matematika Menganyam Dunia

Oleh : Joko Sunarno

Dunia :

Hai... kalian para matematika, aku dengar kalian hanya berupa angka-angka dan operasi-operasi yang tidak bermanfaat. Siapa sebenarnya kalian, apa manfaat kalian, sampai –sampai semua orang memusingkan kalian. Siapa yang mau ngomong duluan. Silakan.

Auguste Comte :

Wahai dunia... Engkau telah menyebutku sebagai Bapak Sosiologi, suatu ensiklopedi telah kususun dengan meletakkan matematika sebagai dasar bagi semua cabang ilmu. Di atas matematika secara berurutan telah kutunjukkan ilmu astronomi, fisika, kimia, biologi, dan fisika sosial atau sosiologi dalam suatu susuna hierarkhis atas dasar kompleksitas gejala-gejala yang dihadapi oleh masing-masing cabang ilmu.

Dan sekarang semakin aktual dan releval bahwa dunia industri sebagai tolok ukur bagi tercapainya modernisasi yang disiapkan melalui penguasaan basic sciences yaitu matematika.

Pythagoras :

Aku dikenal sebagai ahli ilmu ukur. Penemuan –penemuanku dalam ilmu ukur dan aritmetik antara lain:

Pertama, Hukum atau dalil Pythagoras, yaitu a2 + b2 = c2, yang berlaku bagi setiap segitiga siku-siku dengan sisi a dan b serta hypotenusa c, sedangkan jumlah sudut dari suatu segitiga siku-siku sama dengan 180o.

Kedua, Teori bilangan, yaitu pembagian antara bilangan genap dan bilangan ganjil, bilangan prima, bilangan komposit, serta hubungan antara kuadrat bilangan asli denan jumlah ganjil.

Ketiga, Pembentukan benda-benda berdasarkan segitiga-segitiga, segiempat-segiempat, segilima-segilima.

Hubungan antara nada dan panjang dawai.

Dunia :

Baiklah, cukup. Aku mengenal tokoh-tokoh itu dan masih ada yang lain seperti Rene Descartes dengan ilmu ukur analitiknya, Riemann dengan kalkulusnya, Aristoteles dengan Logikanya, dan sebagainya. Sekarang tunjukkan manfaat nyata matematika selain dalam kehidupan bermasyarakat. Siapa mau bicara duluan, silakan.

Kesepakatan :

Mempelajari matematika menggunakan pasti kesepakatan-kesepakatan. Kesepakatan-kesepakatan itu terdapat dalam matematika yang rendah maupun yang tinggi. Kesepakatan-kesepakatan itu dapat berupa simbol atau lambang, istilah/konsep, definisi serta aksioma-aksioma.

Dunia :

Contoh kesepakatan itu apa?

Kesepakatan :

Sebagai contoh, lambang bilangan selama ini digunakan, misalnya 1, 2, 3, dan seterusnya adalah lambang yang kita sepakati. Bilangan yang dilambangkan dengan dengan 3 disepakati disebut “tiga” . Mengapa tidak disebut satu? Itulah contoh kesepakatan yang ternyata selalu digunakan hingga sekarang.

Dunia :

Apa maknanya?

Kesepakatan :

Sadar ataupun tidak dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat banyak kesepakatan baik yang tertulis maupun yang tidak. Apabila seseorang berperilaku tidak sesuai dengan kesepakatan tertentu dalam lingkungan tertentu, tentulah ia dianggap sebagai seorang yang melanggar suatu aturan. Dengan demikian seseorang yang telah dibiasakan belajar matematika yang penuh dengan kesepakatan yang harus ditaati, kiranya akan mudah memahami perlunya kesepakatan dalam kehidupan masyarakat. Inilah salah satu aspek dalam matematika yang memiliki nilai didik.

Dunia :

Yang lain....

Konsistensi :

Dalam hal ini diriku bisa bermakna ketaatasasan, yaitu tidak dibenarkannya muncul kontradiksi. Bila pernyataan “Melalui satu titik A diluar garis g dapat dibuat tepat satu garis sejajar dengan g”, diterima sebagai pernyataan yang benar, maka pernyataan “Jika garis a sejajar garis b dan garis p memotong garis a, maka garis p tidak memotong garis b” harus ditetapkan sebagai pernyataan yang salah. inilah salah satu contoh tentang konsistensi dalam matematika.
Dalam kehidupan bermasyarakat jelas bahwa sikap konsisten diperIukan.Bila tidak kiranya akan mudah terjadi benturan-benturan. Misalnya Pancasila dan UUD-45 dapat dipandang sebagai aksioma yang merupakan kesepakatan nasional dan diperlukan perilaku bangsa indonesia konsisten dengan Pancasila dan UUD-45.

Seseorang yang telah terbiasa berpikir rnatematik, tidak terlalu sulit untuk memahami perlunya sikap konsisten dan bahkan tidak sulit melihat inkonsistensi yang terjadi dalam kehidupan. Sekali lagi terlihat bahwa matematika melalui aspek ketaatasasan atau konsistensi secara implisit maupun eksplisit dapat membantu membentuk tata nalar.

Dunia :

Teruskan.

Deduksi :

Aku adalah deduksi, secara sederhana maknaku adalah proses menurunkan atau menerapkan pengertian atau sifat umum kedalam keadaan khusus. Perhatikan “jika suatu segitiga ketiga sisinya sama panjang, segitiga itu disebut segitiga sama sisi”, “jika suatu segitiga mempunyai tiga buah sudut sama besar maka segitiga itu disebut segitiga sama sisi”. Kedua kalimat tersebut dapat dipandang sebagai ungkapan yang membatasi konsep segitiga samasisi. Jika dicermati akan terlihat bahwa kedua definisi itu mempunyai intensi yang berbeda tetapi mempunyai ekstensi/jangkauan yang yang sama. Namun dalam matematika tidak dibenarkan keduanya ditetap sebagai definisi dalam satu struktur uraian, karena jika kalimat pertama yang ditetapkan sebagai definisi segitiga sama sisi; dapatkah kebenaran kalimat kedua dibuktikan dengan menggunakan kalimat pertama? Dan sebaliknya bagaimana? Jadi salah satu harus ditetapkan sebagai teorema. Itu adalah salah satu bentuk pemikiran deduktif.
Pola pikir deduksi dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan. Misalnya pada jenjang perundang-undangan negara. Kita kenal “Undang- Undang”, “Peraturan pemerintah”, “Keputusan Menteri “, “Keputusan Dirjen”, dsb. Yang satu merupakan penjabaran atau aturan pelaksanaan dari yang lebih tinggi. Bukankah untuk menyatakan benarnya yang satu harus dirujukkan kepada aturan yang lebih tinggi? Jadi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegarapu
n perlu pola pikir deduktif.

Semesta :

Dalam matematika terdapat simbol-simbol yang dikosongkan maknanya, seperti x, y, z. Mungkin diberi makna bilangan, mungkin diberi makna vektor, mungkin diberi makna pernyataan,dsb sesuai dengan kebutuhan pemakai. Hal itu menunjukkan adanya lingkup pembicaraan, yang juga disebut semesta pembicaraan. Dalam pelajaran matematika terdapat banyak soal yang sangat memperhatikan semesta. Bila semesta yang ditetapkan tidak diperhatikan sangat besar kemungkinan jawab yang diberikan akan salah. Sebagai contoh: Tulislah lambang bilangan asli yang sesuai sehingga kalimat berikut menjadi benar 5 + 2 – = 10 , kalau tidak disadari semestanya, tidak mustahil akan dijawab 2,5. Tentulah tidak sulit disadari bahwa manusia di bumi ini terkelompok-kelompok menjadi bangsa-bangsa, suku-bangsa, satuan organisasi, partai, komunitas hobby dan sebagainya. Dalam masing-masing kelompok tersebut berlaku suatu aturan tertentu. Seseorang yang akan melakukan tindakan atau menyampaikan gagasan tertentu perlu memperhatikan dimana dia berada, dilingkup mana dia berada. Secara umum dapat dikatakan perlu menyesuaikan diri. Bila anda mengendari mobil di Indonesia anda harus berjalan di sebelah kiri jalan. Bagaimana halnya bila anda mengendarai mobil di Amerika Serikat? Aspek-aspek tersebut dapat kita eksplisitkan dalam pembelajaran matematika, maka akan terasa bahwa pembelajaran matematika mempunyai nilai didik.

Dunia :

Kalian semua sudah bicara tentang nilai didik matematika dalam masyarakat. Lalu masih adakah nilai-nilai praktis dan nilai-nilai guna matematika.

Nilai Praktis dan Nilai Guna :

Orang yang tidak berpengetahuan tentang matematika akan dikasihani orang lain dan akan mudah diperdaya. Kebanyakan individu seperti halnya kelompok, sama saja merancang kegagalan dalam hidup karena kurangnya kepekaan berhitung (sense of calculation). Seseorang dengan perhitungan yang sesuai dapat mengantisipasi seluruh penghalang yang mungkin ditemui dan oleh karena itu, dia mampu mengikuti langkah pencegahan. Banyak proyek tergantung pada matematika untuk keberhasilan fungsinya. Matematika telah menjadi dasar seluruh sistem bisnis dan perdagangan dunia. Ketidakmampuan massal dalam menguasai matematika adalah penghalang kemajuan suatu negara yang tak dapat dihindari.
Orang terkadang disesatkan dengan nilai praktis matematika lantaran suatu perasaan bahwa apapun yang diajarkan di kelas cuma sedikit yang dipakai dalam kehidupan di masyarakat. Orang biasa juga jarang menggunakan pengetahuan matematika tingkat tinggi dalam masa tuanya. Tetapi nilai suatu subyek tidak dapat diukur dengan cara seperti ini. Napoleon pernah berkata, “kemajuan dan peningkatan matematika berhubungan deng
an kemakmuran suatu negara.”

Nilai Kedisiplinan :

Kebiasaan siswa menganalisis dengan teliti suatu situasi sebelum pengambilan keputusan sangat membantu dalam situasi hidup yang kompleks, di mana pengambilan keputusan menjadi makin sulit. Ketika matematika menangani fakta-fakta yang akurat dan presisi, maka tidak ada lingkup untuk ketidakpastian atau ketidakjelasan. Siswa menikmati suatu penerimaan universal tanpa penghalang negara, bahasa, iklim, dan sebagainya. Pengetahuan matematika membantu anggota masyarakat untuk mengorganisasi idenya lebih logis dan mengungkapkan pemikirannya secara lebih akurat dan eksplisit. Matematika melatih anggota masyarakat tidak take for granted (langsung membenarkan) terhadap suatu hal, atau bergantung pada tradisi atau otoritas, tetapi menyandarkan pada pemberian alasan.

Nilai Budaya :

Budaya merefleksikan bagaimana mereka hidup, bertingkah laku, berpakaian, makan, minum, membesarkan anak, dan menjaga hubungan sosialnya. Model hidup anggota masyarakat sangat besar ditentukan oleh kemajuan teknologi dan sains, yang pada gilirannya tergantung pada kemajuan dan perkembangan matematika. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup dan begitu pula budaya secara kontinyu terpengaruhi oleh kemajuan matematika.

Nilai Sosial :

Matematika membantu menyesuaikan organisasi dan memelihara suatu struktur sosial yang berhasil. Matematika berperan penting dalam menyusun institusi sosial seperti bank, koperasi, rel kereta, kantor pos, perusahaan asuransi, industri, pengangkutan, navigasi dan lain sebagainya. Transaksi bisnis yang efektif, ekspor dan impor, perdagangan dan komunikasi kini tak dapat berlangsung tanpa matematika. Maka, kelancaran dan kerapian fungsi masyarakat sipil di pastikan dengan matematika. Saat ini, keberadaan sosial kita secara total diatur oleh pengetahuan sains dan teknolog yang hanya dapat diperoleh dengan studi matematika. Berbagai metode dan logika matematika digunakan untuk menyelidiki, menganalisis, dan menyimpulkan mengenai pembentukan berbagai aturan sosial dan pemenuhannya.

Nilai Moral :

Matematika membentuk karakter siswa ke sikap yang sesuai, seperti tidak ada ruang untuk perasaan yang merugikan, pandangan yang menyimpang, diskriminasi, dan berpikir tak masuk akal. Matematika membantunya dalam analisis obyektif, memberikan alasan yang benar, kesimpulan yang valid (sah) dan pertimbangan yang tak berat sebelah. Nilai-nilai moral ini tertanam dalam pikiran karena perulangan dan membantunya menjadi anggota masyarakat yang berhasil.

Nilai Estetika (Seni/Keindahan) :

Kerapian dan kecantikan hubungan matematis menyentuh emosi kita, lebih seperti musik dan seni yang dapat mencapai kedalaman jiwa dan membuat kita merasa benar-benar hidup. Ketika kita menelusuri biografi matematikawan, kita melihat bahwa hampir seluruhnya tertarik pada ‘disiplin ilmu ketuhanan’ ini dengan menyadari kecantikannya. Mereka seolah tidak sedang mempelajari matematika, tetapi bersembahyang dengannya. Kehalusannya, keharmonisannya, kesimetrian segala sesuatunya menambah kecantikannya. Musik atau seni adalah keluaran sederhana dari kecantikan abadi ini.

Nilai Rekreasi (Hiburan) :

Matematika memberikan suatu ragam peluang hiburan untuk mendewasakan orang sebagaimana anak-anak. Matematika menghibur orang lewat aneka puzzle, permainan, teka-teki, dan lain-lain. Permainan video komputer modern juga dibangun melalui penggunaan matematika yang semestinya. Arti penting dari jenis rekreasi matematis adalah ia memampukan seseorang membangun imajinasinya, menajamkan intelektualitasnya dan mengukir rasa puas pada pikirannya. Otak manusia adalah sebuah organ yang makin baik dengan berlatih. Studi matematika dengan begitu memberikan latihan yang cukup bagi otak seseorang.

Dunia :

Teka-teki seperti apa yang Engkau maksud?

Nilai Rekreasi (Hiburan) :

Misalnya teka-teki klasik berikut:
Seorang pria yang telah wafat, meninggalkan 17 ekor kuda untuk dibagikan kepada ahli warisnya dengan perbandingan 1/2: 1/3: 1/9. Bagimana hal itu dapat dilaksanakan?

Atau teka-teki yang ditulis oleh Alcuin, yaitu:

Seseorang harus membawa seekor serigala, kambing, dan seikat kubis menyeberangi sebuah sungai. Satu-satunya perahu yang dapat ia temukan hanya dapat membawa dua dari antara mereka dalam sekali jalan. Tetapi ia diperintahkan untuk membawa semuanya ke seberang dalam kondisi baik. Bagaimana hal itu dapat dilakukan?

Dunia :

Baiklah aku bisa terima semuanya. Semoga keberadaanku semakin baik dengan keberadaan matematika.

Sumber :

Tim dosen filsafat ilmu, fakultas Filsafat UGM; Filsafat Ilmu;Lyberty Yogyakarta.

Bermain Teka Teki untuk Kesenangan Hati.

http://mellyirzal.blogspot.com/2009/01/aspek-aspek-dalam-matematika-yang.html

http://ilmusemesta-amin.blogspot.com/2009/10/nilai-didik-matematika-bagi-masyarakat.html

http://mellyirzal.blogspot.com/2009/01/nilai-nilai-moral-dalam-pembelajarn.html

http://rahmiandri.files.wordpress.com/2008/10/nilai-matematika-bagi-masyarakat.doc

Jumat, 04 Desember 2009

Awal dan Akhir

Oleh : Joko Sunarno

Dalam tulisan ini akan saya ambilkan beberapa kutipan-kutipan beberapa pandangan tentang awal dan akhir. Tidak lengkap memang, tapi cukup memberikan gambaran. Dan diakhir tulisan sedikit saya masukkan bagaimana saya mengajak diri saya dan orang lain, yang mau, untuk bersikap bijak terhadap pandangan-pandangan tersebut.

Awal dan Akhir dalam Pandangan Agama

Keyakinan agama Budha adalah tiada awal dan tiada akhir. Budha tidak mengakui adanya
penciptaan dunia serta isinya dan pengakhiran dunia (kiamat/neraka/surga). Secara garis besar Budha mengajarkan hidup sesuai alam dimana setiap mahluk harus mempunyai manfaat bagi sesama mahluk lainnya, dalam"budaya"kita disebut cinta kasih. Kesempurnaan rohani dalam Budha disebut mencapai Budhi Dharma, dikatakan akan mempunyai karma yang positip dimana salah satunya adalah dalam kehidupan berikutnya akan hidup lebih baik yang substansinya adalah hidup bahagia. Rahasia kehidupan setelah kematian tersebut sebenarnya adalah rahasia yang sampai saat ini tidak bisa dibuktika
n. Prinsip tiada awal dan tiada akhir atau dengan kata lain tanpa sesudah tanpa sebelum, tanpa besok tanpa kemarin, tanpa lahir tanpa mati dapat dipakai untuk menjelaskan konsep ruang tanpa dimensi waktu. Kehidupan adalah mengikuti hukum siklis.

Menurut Islam, meyakini manusia lahir dalam kondisi Fitri (suci). Untuk zaman akhir Islam menyakini hari kiamat ; Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (Al-Kahfi: 82)

“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)

Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari ra, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada saat kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kamu ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda,”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat, turunnya Isa as. Ya’juj Ma’juj dan tiga gerhana, gerhana di timur, barat dan Jazirah Arab dan terakhir api yang keluar dari Yaman mengantar manusia ke Mahsyar. (HR Muslim)

Katolik mengimani manusia lahir dalam kondisi berdosa asal. Untuk akhir zaman Gereja Katolik menyebut dengan kedatangan Yesus yang kedua. Kedatangan-Nya yang kedua akan datang tanpa diduga, dengan cara yang sama seperti saat Ia naik ke surga, dan diikuti oleh penghakiman terakhir yang mencakup semua orang. Kedatangan Kristus akan menjadi akhir dunia dan membawa semua manusia kepada pengadilan terakhir (Mat 25) ….”Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas tahta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang …” (Mat 25:31-32)

The End of History and The Last Man

Setelah menang melawan Komunisme pada abad ke-20, Barat menjadi penguasa tunggal. Di puncak piramida kekuasaan, duduk super power Amerika Serikat, yang memegang kunci-kunci kekuasaan dunia. Dengan segala kehebatannya itu, ada yang kemudian berpikir bahwa setelah era dominasi peradaban Barat, maka tidak ada lagi peradaban lain, dengan sistem pemikiran dan kehidupan yang berbeda dengan peradaban Barat. Ketika itulah manusia sudah bersepakat untuk menerapkan Demokrasi Liberal.

Fukuyama, dalam bukunya The End of History and The Last Man, mengemukakan setelah Barat menaklukkan rival idiologisnya: monarkhi herediter, fasisme, dan komunisme, dunia telah mencapai satu konsensus yang luar biasa terhadap demokrasi liberal. Ia berasumsi bahwa demokrasi liberal adalah semacam titik akhir dari evolusi idiologi atau bentuk final dari bentuk pemerintahan. Dan, ini sekaligus sebuah 'akhir sejarah' (the end of history). Sejarah dalam hal ini adalah yang dipahami sebagai sebuah proses tunggal, koheren, evolusioner, dengan memperhitungkan pengalaman seluruh umat manusia di setiap jaman. Dengan mengambil tulisan-tulisan Hegel dan Marx, dimana mereka percaya bahwa evolusi masyarakat manusia tidaklah „open ended” tetapi akan berakhir bila manusia telah mencapai suatu bentuk masyarakat yang sempurna yang terdalam dan memiliki hasrat fundamental. Bagi Hegel „akhir sejarah” adalah dengan terbentuknya Negara liberal, dan bagi Alexander Kojève, seorang penafsir Hegel, menyimpulkan bahwa secara hakiki Hegel benar ketika mendeklarasikan telah berakhirnya sejarah. Namun bagi Marx „akhir sejarah” adalah dengan masyarakat komunis.

Pada akhir sejarah, kata Fukuyama, tak ada lagi tantangan idiologis yang serius terhadap demokrasi liberal. Pada masa lalu manusia menolak demokrasi liberal sebab mereka percaya bahwa demokrasi liberal adalah inferior terhadap berbagai idiologi dan sistem lainnya, seperti monarki, teokrasi, fasisme, komunisme, totalitarianisme, atau apa pun. Tetapi, sekarang, katanya, sudah menjadi konsensus umat manusia, kecuali dunia Islam, untuk menerapkan demokrasi liberal sebagai bentuk pemerintahan yang paling rasional.

Klaim Fukuyama bahwa telah terjadi konsensus umat manusia untuk memeluk "demokrasi liberal" juga bisa dianggap berlebihan. Klaim ini terlalu dini dan mendapatkan banyak kritik. Pada saat ini sikap Barat juga paradoks. Di satu sisi mengkampanyekan 'pluralisme' sebagai salah satu elemen dasar demokrasi liberal, tetapi pada sisi lain juga memaksakan 'uniformitas' tentang keharusan menerapkan standar Barat dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

Demokrasi liberal disamping menawarkan banyak kemudahan dan nilai-nilai positif, tetapi juga menyimpan kelemahan-kelemahan internal yang fundamental. Dalam sistem inilah, ilmu pengetahuan tidak dihargai. Orang pintar disamakan dengan orang bodoh. Seorang profesor ilmu politik memiliki hak suara yang sama dengan seorang pemabuk dan pezina. Seorang yang taat beragama disamakan hak suaranya dengan seorang preman.

Menurut Plato (429-347 SM), filosof Yunani Kuno, salah satu kelemahan dan bahaya internal demokrasi adalah pemimpin biasanya dipilih dan diikuti karena faktor-faktor nonesensial, seperti kepintaran pidato, kekayaan, dan latar belakang keluarga. Plato memimpikan munculnya "orang-orang paling bijak" sebagai pemimpin ideal di suatu negara, "Orang-orang paling bijak dalam negara akan menangani persoalan-persoalan manusia dengan akal dan kearifan yang dihasilkan dari dunia gagasan yang kekal dan sempurna."

Makna Awal dan Akhir

Pertentangan-pertentangan antar konsep akhir sejarah sebgaimana yang diungkap Fukuyama dan orang-orang antitesisnya mengungkapkan adanya pembenaran diri dan pahamnya masing-masing. Dalam tulisan ini saya lebih cenderung mengulas tentang impian Plato akan munculnya orang-orang paling bijak yang akan tampil memimpin suatu negara.

Sebuah prosesi kematian bisa menjadi cermin diri kita sendiri. Bahwa selalu ada awal dan akhirnya. Alpha dan Omega, meskipun ada yang meyakini awal adalah akhir dan akhir adalah awal yang baru. Secara manusiawi kita menolak ide besar awal dan akhir. Kata akhir sering dimaknai menggelisahkan, menyedihkan, bisa jadi penyesalah. Siapa yang mau berakhir ? Terlebih sebagian anggota dewan yang masih memikirkan bagaimana bisa bertahan duduk di gedung rakyat. Mengawali dengan janji-janji yang indah, cinta rakyat, cinta perdamaian, mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi dan golongan. Dalam prosesnya mereka terbawa sistem yang diciptakan sendiri dan lupa pada janji awal. Begitu nikmatnya duduk di sana sehingga lupa berdiri untuk pindah tempat lupa bahwa waktu segera berakhir, dan lupa bahwa janjinya belum dipenuhi. Begitu nikmatnya sehingga tidak mau berakhir, “wis ngoyot”, susah dicabut.

Hidup ini hanya “mampir ngombe”, yang menjadi masalah adalah bagaimana kita mengisi saat-saat ini untuk menyiapkan akhir besok atau awal yang baru nanti. Hidup ini ibarat peronda yang menantikan fajar. Dalam rentang waktu malam itu dia selalu berjaga-jaga, dan jika fajar datang tersenyumlah ia karena awal kehidupan baru dimulai. Proses hidup adalah penantian, penantian seorang ibu yang mengandung akan kelahiran anaknya, penantian siswa/mahasiswa akan hasil ujian, penantian petani akan masa panennya, penantian guru akan perbaikan nasibnya, dan penantian yang lain, bahkan penantian anggota dewan atau menteri akan naiknya gaji dan tunjangan. Namun penantian-penantian itu tidak bermakna, tidak berakhir dengan baik manakala selama masa penantian hanya berdiam diri. Seorang ibu yang mengandung tidak akan mendapatkan anak yang baik, atau tidak melahirkan dengan lancar manakala ia tidak berlaku hidup sehat. Siswa/mahasiswa tidak akan mendapat nilai yang baik dalam ujian manakala ia tidak memenuhi kewajibannya dengan baik. Seorang petani tidak mendapat panenan yang melimpah manakala ia tidak menanam bibit yang unggul, tidak mengairi, tidak memupuk tanamannya. Seorang guru tidak akan baik nasibnya manakala ia tidak melakukan tugasnya sebagaimana layaknya orang yang profesional. Anggota dewan/menteri akan banyak digugat rakyat manakala ia meminta kenaikan gaji dan tunjangan sementara buta dan bisu terhadap keprihatinan yang ada.

Itulah makna awal dan akhir bagi saya, memulai dengan baik, berproses dengan bijak, dan mengakhiri dengan sempurna.

Sumber :

http://apakabar.ws/forums//viewtopic.php?f=1&t=23794&start=0 [27 Nov 2009]

http://blog.imanbrotoseno.com/?p=256 [27 Nov 2009]

http://ekonomi.kompasiana.com/2009/06/25/the-end-of-history-or-the-end-of-capitalism/ [27 Nov 2009]

http://katolisitas.org/2009/06/25/akhir-jaman-menurut-ajaran-gereja-katolik-bagian-ke-1/

http://pantjasurya.wordpress.com/2009/02/25/akhir-zaman-menurut-pandangan-islam/

http://pbmmatmarsigit.blogspot.com/2009/03/elegi-menggapai-awal-dan-akhir.html

http://ruang-ihsan.blogspot.com/2008/12/end-of-history-atau-end-of-west.html [27 Nov 2009]

http://susanti1505.multiply.com/journal/item/7 [27 Nov 2009]