Senin, 05 April 2010

Teori Perkembangan Anak

  1. Teori kognitif
  • Tokoh : Jean Piaget (1896 – 1980)
  • Prinsip:
    • Dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi dan psikologis. Teori perkembangan Piaget dengan konsep kecerdasan seperti halnya sistem biologi membangun struktur untuk berfungsi, pertumbuhan kecerdasan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial, kematangan dan ekuilibrasi. Semua organisme dilahirkan dengan kecenderungan untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya.

    • Cara beradaptasi berbeda bagi setiap individu, begitu juga proses dari tahap yang satu ke tahap yang lain dalam satu individu. Individu termotivasi untuk memahami dunia, dengan menggunakan proses perngorganisasian dan penyesuaian diri ( asimilasi dan akomodasi ).

    • Kita merespon dunia dengan menghubungkan pengalaman yang diterima dengan pengalaman masa lalu kita (asimilasi), sedangkan setiap pengalaman itu berisi aspek yang mungkin saja baru sama sekali. Aspek yang baru inilah yang menyebabkan terjadinya dalam struktur kognitif (akomodasi).

    • Asimilasi adalah proses merespon pada lingkungan yang sesuai dengan struktur kognitif seseorang. Tetapi proses pertumbuhan intelektual tidak akan ada apabila pengalaman yang ditangkap tidak berbeda dengan skemata yang ada oleh sebab itu diperlukan proses akomodasi, yaitu proses yang merubah struktur kognitif. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar.

    • Individu melampaui 4 tahap perkembangan kognitif, yaitu :
      • Tahap sensorimotor (lahir – 2 tahun),
        Sensorimotor berarti tahu benda itu seperti apa &atau suaranya spt apa, tahu bagaimana memanipulasi objek. Batasan yg jelas dari fungsi sensorimotor bahwa tidak mengingatkan bayi tentang masa lalu, mengantisipasi masa depan, membentuk mental images dari objek atau merefleksikannya pada pengalaman2 mereka. Piaget percaya bahwa bayi tidak memiliki kesadaran bahwa dunia terlepas dari kegiatan mereka.

      • Tahap pra operasional (usia 2 – 7 tahun);
      • Tahap operasional konkrit (usia 7 – 11 tahun), dan
      • Tahap operasinal formal (usia 11 – dewasa)
  • Menurut Piaget (1983), inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda:
    • Isi;
      • Merupakan materi kasar.
      • “isi” kurang penting dibanding dgn struktur dan fungsinya.
      • Bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” dan “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual

    • Struktur
      • Struktur dan organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru struktur realita eksternal secara pasif.
      • Interaksi pikiran manusia dgn dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework” nya sendiri.
      • Struktur kognitif merupakan mental framework yang dibangun seseorang dgn mengambil informasi dari lingkungan dan menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya.
      • 2 hal penting yg harus diingat tentang membangun struktur kognitif:
        • i. seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses.
        • ii. lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembangan struktural.
      • Piaget tidak melihat struktur kognitif sebagai mekanisme biologis lahiriah. Dia tidak percaya bahwa anak-anak memasuki dunia dengan “piranti dasar” untuk memahami realita.
      • Anak-anak secara perlahan dan bertahap membangun cara pandang mereka sendiri terhadap realita. Pembentukan struktur kognitif mulai pada awal kehidupan segera setelah bayi mulai memiliki pengalaman dengan lingkungan. Tapi bukankah seorang bayi yang baru lahir belum memiliki pengalaman apapun terhadap lingkungan?
      • Piaget percaya bahwa seorang bayi yang tidak berpengalaman penuh memiliki struktur yang sudah terbentuk yang memprogramkan mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan ini yg disebut struktur fisik, seperti sistem syaraf dam otak manusia serta organ-organ sensorik spesifik dan refleks-refleks yg disebut sebagai “automatic behavioral reactions”.
      • Bayi melatih struktur-struktur ini dalam interaksi dengan lingkungan dan memulainya dengan segera untuk mengembangkan struktur kognitif.
  • Fungsi;
    • Fungsi
      • Yaitu: suatu proses dimana struktur kognitif dibangun.
      • Semua organisme hidup yg berinteraksi dgn lingkungan mempunyai fungsi melalui proses organisasi dan adaptasi.
      • Organisasi: cenderung utk mengintegrasi diri dan dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yg penuh arti sebagai suatu cara utk mengurangi kompleksitas.
      • Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara:
        • organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dgn dirinya, proses ini disebut dgn asimilasi.
        • organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya, proses ini disebut akomodasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar dan mencocokkannya ke dalam struktur yg sudah ada.
      • Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal.
      • Piaget mengaplikasikan proses asimilasi dan akomodasi terhdp intelektual spt terhdp proses fisik.
      • Anak-anak mengasimilasi ide-ide baru, “food for thought” dgn mencocokkannya ke dlm struktur kognitif yang sudah ada dan mengakomodasikan ide-ide tersebut dengan mengubah struktur kognitif mereka dalam meresponsnya.
      • Bila idenya baru dan struktur kognitif perlu untuk membuatnya berarti, anak-anal akan membuatnya sebagai bagian dari proses pikir mereka dan akan mengubah cara berpikir mereka dalam meresponsnya.
      • Perkembangan intelektual tidak akan terjadi bila ide-ide anak-anak itu dikenal sudah diasimilasi atau bila mereka melanjutkan struktur tersebut untuk asimilasi
  • Kelebihan :
    1. Konsep ini membantu guru tentang perlunya memilih dan menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang diketahui anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas misalnyadalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks.
    2. Membantu dalam penyusunan kurikulum yang sesuai dengan tahap perkembangan dan minat individu.
  • Kekurangan :
    1. Tahap tersebut dapat berubah menurut situasi seseorang.
    2. Perbedaan tahap sangat besar.
    3. Kurang menekankan pengaruh dari sosial budaya (ektrinsik).


2. Teori Social Contructivism
  • Tokoh : Vygotsky
  • Prinsip :
    • sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif anak.
    • Orangtua, guru dan teman berinteraksi dengan anak dan berkolaborasi untuk mengembangkan suatu pengertian. Jadi belajar terjadi dalam konteks sosial, dan muncul suatu istilah zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD diartikan sebagai daerah potensial seorang anak untuk belajar, atau suatu tahap dimana kemampuan anak dapat ditingkatkan dengan bantuan orang yang lebih ahli
    • dalam mengembangkan setiap kemampuan anak diperlukan scaffolding atau bantuan arahan agar anak pada akhirnya menguasai keterampilan tersebut secara independen.
    • Dalam mengajar guru perlu menjadi mediator atau fasilitator di mana pendidik berada disana ketika anak-anak membutuhkan bantuan mereka. Mediatoring ini merupakan bagian dari scaffolding. Jadi walaupun anak sebagai pebelajar yang aktif dan ingin tahu hampir segala hal, tetapi dengan bantuan yang tepat untuk belajar lebih banyak perlu terus distimuluasi sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.
    • Pikiran anak berkembang melalui: (1) Mengambil bagian dalam dialog yang kooperatif dengan lawan yang terampil dalam tugas di luar zone perkembangan proksimal; (2) Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa yang dilakukan.
  • Kelebihan:
    Membantu dalam penyusunan kurikulum yang sesuai dengan tahap perkembangan dan minat individu.
  • Kekurangan:
    Kurang menekankan kemampuan berpikir kognitif dalam diri anak (intrinsik).
3. Teori Psikososial
  • Tokoh : Erikson
  • Prinsip :
    • Memfokuskan pada perkembangan psikososial sejak kecil hingga dewasa dalam delapan tahap, yaitu :
      a) Trust vs mistrust ( Stadium Infancy: 0 – 1 tahun ); Kepercayaan – ketidakpercayaan , hasil yang baik dari perkembangan ini adalah kepercayaan dan optimisme.
      b) Autonomy vs shame and doubt (Stadium Toddlerhood : 1 – 3 tahun );Otonomi – keraguan, hasil yang baik dari perkembangan ini adalah pengendalian dan adekuasai diri.
      c) Initiative vs guilty ( 3 – 5 tahun / pra sekolah ) ;Inisiatif – rasa bersalah, hasil yang baik dari perkembangan ini adalah kemampuan memulai aktifitas sendiri.
      d) Industry vs inferiority ( 6 – 11 tahun / masa sekolah );Industri – inferioritas, hasil yang baik dari perkembangan ini adalah kompetensi dalam kemampuan intelektual, sosial dan fisik .
      e) Identity vs identity confusion ( 12 – 18 / masa remaja );Identitas –kebingungan identitas, hasil yang baik dari perkembangan ini adalah citra diri yang terintegrasi sebagai pribadi unik.
      f) Intimacy vs isolation ( 18 – 40 / masa dewasa dini );Intimasi – isolasi, hasil yang baik dari perkembangan ini adalah kemampuan membentuk hubungan erat, komitmen karier.
      g) generativity vs stagnan ( 40 – 60 tahun / masa dewasa madya);Generatifitas – menarik diri , hasil yang baik dari perkembangan ini adalah perhatian terhadap keluarga, masyarakat dan generasi penerus.h) Ego integrity vs despair ( > 60 th / dewasa lanjut);Integritas – putus asa, hasil yang baik dari perkembangan ini adalah puas dengan kehidupan dan siap menghadapi kematian.

    • Setiap orang akan melewati tahapan dan setiap tahapan akan mendapatkan pengalaman positif dan negatif. Kepribadian yang sehat akan diperoleh apabila seseorang dapat melewati krisis dalam tugas perkembangan dengan baik.
    • Pembatasan dan kritik yang berlebihan akan menyebabkan tumbuh rasa ragu terhadap kemampuan dirinya.
  • Kelebihan :
    Menyoroti aspek psikososial yang dialami masa anak-anak yang dapat membantu pendidik untuk dapat mendampingi anak melewati masa tersebut untuk menjadi mandiri.
  • Kekurangan :
    Perkembangan manusia hanya dipengaruhi oleh interaksi sosial – hubungan dengan orang lain.


Sumber :
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/teori-perkembangan-anak-%e2%80%93-erickson-dan-gardner/

http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/teori-perkembangan-anak

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/perkembangan-anak-menurut-jean-piaget-dan-vigotsky/

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/b0a786d45c288dfb0c391a9108d1d58ff91ef120.pdf

Minggu, 10 Januari 2010

Ternyata, Panglima Itu Adalah Sebuah Kata


Ajining diri dumunung aneng lathi
Sebuah filosofi Jawa yang pertama kali aku baca di dinding rumah tetanggaku sewaktu aku masih SD. Dan baru kali ini berani mengungkapkan dalam tulisan. Ajining diri dumunung aneng lathi, secara harafiah berarti harga diri terletak di lidah, sementara lidah bermakna kata atau ucapan. Berlaku bagi semua orang bahwa ia akan dihormati, dihargai, dipuja, bahkan dicampakkan, diacuhkan, disingkirkan karena ucapan-ucapan dari mulutnya. Dari gerak lidah muncullah kata-kata yang bisa menuntun seseorang atau sekelompok orang atau golongan atau negara untuk menentukan langkah berikutnya. Maksudnya adalah jika yang keluar adalah kata-kata yang bisa menyesatkan orang maka kata itu bisa menceraiberaikan orang atau kelompoknya atau negaranya. Namun jika yang keluar adalah kata-kata yang bisa mengobarkan semangat, menyejukkan hati, menambah gairah berkarya, semacam motto atau semboyan, maka keputusan yang berikutnya muncul sebuah gerakan perubahan perbaikkan.
Apa yang selalu terjadi menjelang pilkada, pileg, dan pilpres ? Kita selalu mendengar beratus-ratus kata, berjuta-juta kata yang meluncur dari gerak lidah pada calon-calon pemimpin (katanya). “Jika Saudara memilih saya, saya akan ..., Saudara akan ..., negara akan ..., “ atau “Jika saya menjadi pemimpin daerah/anggota legislatif/presiden/wakil presiden saya akan ..., Saudara akan ..., negara akan ..., UUD 1945 akan ..., Pancasila akan ..., kehidupan beragama akan ..., keadilan akan ..., penegakkan hukum akan ..., pemberantasan korupsi akan ..., pertumbuhan ekonomi akan ..., pendidikan akan ..., dan seterusnya, dan sebagainya, dan lain-lain, semua kata yang baik meluncur dari lidah cakada, atau caleg, atau capres-cawapres. Lalu apa yang terjadi setelah penutur kata-kata itu sungguh terpilih? Program 100 hari? Oh... bagaimana mungkin pertumbuhan ekonomi dipacu dalam waktu 100 hari, bagaimana caranya meningkatkan pendidikan dalam waktu 100 hari? Dan bisa dilihat, belum juga 100 hari banyak pejabat yang sudah menikmati mobil mewah Toyota Crown Royal Saloon, yang konon menurut berita harganya menembus 1 M rupiah. Mereka boleh saja menikmati kemewahan-kemewahan seperti itu manakala sudah dapat menunjukkan prestasinya, sudah dapat menunjukkan bukti dari obahing lathi mereka, itulah hakekat pejabat. Bila janji-janji mereka hanya kosong belaka bisa jadi mereka anggota NATO (No Action Talk Only), orang-orang yang hanya ngaya wara. Kita tunggu action mereka mewujudkan kata-kata yang mereka sampaikan.
Itu salah satu susunan kata yang dapat dipakai sebagai pedoman, sebagai pegangan, bahkan sebagai panglima untuk menuntun penuturnya ke arah tujuan yang akan dicapai. Kata-kata berikut memberikan makna lain dalam memaknai kata sebagai panglima.

Knowledge is Power
Pengetahuan adalah kekuatan, kira-kira begitu arti secara harafiahnya. Artinya banyak orang mencapai keberhasilannya dengan pengetahuan yang dimilikinya dan diolahnya sehingga dapat menjadi kekuatan. Orang yang memiliki pengetahuan dapat mengelola sumber daya manusia, sumber daya alam, menciptkan teknologi yang berguna untuk menusia dan sebagainya. Pengertian power dalam hal ini dapat dimaknai sebagi power untuk membangun peradaban manusia (dunia) dapat juga bermakna power untuk menghancurkan peradaban, tergantung siapa yang menguasai pengetahuan itu. Tentu pula pengetahuan saja tidaklah cukup sampai pengetahuan tersebut jatuh ke tangan seseorang yang sanggup mengubahnya menjadi kemampuan bertindak.
Knowledge is power dilontarkan oleh Francis Bacon. Bacon lahir di London tahun 1561, putera pegawai eselon tinggi masa Ratu Elizabeth. Tatkala menginjak usia dua belas tahun dia masuk belajar di Trinity College di Cambridge, tetapi baru tiga tahun keluar begitu saja tanpa menggondol gelar apa pun. Mulai umur enam belas dia kerja sebentar di staf Kedubes Inggris di Paris. Tetapi begitu umurnya masuk delapan belas sang ayah mendadak meninggal dengan hanya mewariskannya uang sedikit. Mungkin lantaran itu, dia belajar hukum dan di umur dua puluh satu dia jadi pengacara. dialah filosof besar pertama yang menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan falsafah dapat mengubah dunia, dan dengan sangat efektif menganjurkan penyelidikan ilmiah.
Tulisan Bacon terpenting adalah menyangkut falsafah ilmu pengetahuan. Dia merencanakan suatu kerja besar Instauratio Magna atau Great Renewal dalam enam bagian. Pertama dimaksud untuk meninjau kembali keadaan ilmu pengetahuan kita. Kedua menjabarkan sistem baru penelaahan ilmu. Ketiga bersisikan kumpulan data empiris. Keempat berisi ilustrasi sistem baru ilmiahnya dalam praktek. Kelima menyuguhkan kesimpulan sementara. Dan keenam suatu sintesa ilmu pengetahuan yang diperoleh dari metode barunya.
Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti “mengamati”nya. Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian, kata Bacon, ambil kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan cara argumentasi induktif yang logis. Meskipun para ilmuwan tidak mengikuti metode induktif Bacon dalam semua segi, tetapi ide umumnya yang diutarakannya penelitian dan percobaan penting yang ruwet jadi gerak dorong dari metode yang digunakan oleh mereka sejak itu.
Dalam menyusun tesis-tesisnya dalam meluaskan pengetahuannya, dia membedakan 3 jenis ambisi, pertama, mereka yang berselera meluaskan kekuasaannya di negerinya sendiri, suatu selera yang vulgar dan tak bermutu. Kedua, ialah mereka yang bekerja meluaskan kekuasaan atas negerinya sendiri dan penguasaannya atas penduduk. Ini tentu lebih bermutu meskipun kurang baik. Tetapi, jika orang mencoba mendirikan dan meluaskan kekuasaan dan dominasi terhadap umat manusia di seluruh jagad, ambisinya ini tak salah lagi lebih bijak dari kedua ambisi yang disebut duluan.
Francis Bacon bukanlah orang pertama yang menemukan arti kegunaan penyimpulan akliah secara induktif, dan juga bukan dia orang pertama yang memahami keuntungan-keuntungan yang mungkin diraih oleh masyarakat pengembangan ilmu pengetahuan. Tetapi, tak ada orang sebelum Bacon yang pernah menerbitkan dan menyebarkan gagasan seluas itu dan sesemangat itu. Lebih dari itu, sebagian karena Bacon seorang penulis yang begitu bagus, dan sebagian karena kemasyhurannya selaku politikus terkemuka, sikap Bacon terhadap ilmu pengetahuan betul-betul punya makna penting yang besar. Tatkala “Royal Society of London” (kelompok elit orang pilihan) didirikan tahun 1662 untuk menggalakkan ilmu pengetahuan, para pendirinya menyebut Bacon sebagai sumber inspirasinya.
Para pemikir Pra-Sokratik, pastinya sebelum Bacon, sudah melakukan kegiatan ilmu pengetahuan yang mengandalkan cara berpikir dan logika dibandingkan isi atau teori. Mereka melihat bahwa substansi dari realitas dapat terdiri dari beberapa unsur, baik itu unsur padat, cair, ataupun yang berupa udara, dan kesemuanya itu tergantung pada temperatur udara. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa atom-atom yang sama akan membentuk rangkaian yang berbeda pada suhu yang berbeda. Mereka mengamati dunia, berupaya memberikan penjelasan, dan merumuskan teori yang bersifat umum dari semua gejala yang bersifat partikular. Mereka memiliki intuisi logika yang tajam, walaupun tidak, atau belum, menguasai metode eksperimental dan sistematika yang memadai.
Plato merefleksikan tidak hanya benda-benda yang dapat dia amati, tetapi juga benda-benda pada taraf kenseptual ideal. Ia berpendapat bahwa semua benda yang kita lihat disekitar kita merupakan tiruan dari realitas yang lebih abadi dan murni. Maka untuk sungguh-sungguh memahami dunia, orang harus melihat melampaui yang partikular, yakni segala sesuatu yagn dapat diamati, dialami, dan melihat ke dalam dunia ide-ide yang abadai dan murni. Sementara Aristoteles berpendapat bahwa pengetahuan tentang dunia datang melalui pengalaman yang kemudian ditafsirkan oleh rasio. Bagi Aristoteles, pengetahuan adalah suatu yang berkembang dari persepsi dan pengalaman kita akan realitas, yakni dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari pengalaman inderawi kita. Archimedes telah menemukan sebuah prinsip, yakni bahwa tingkat kemurnian suatu substansi adalah sama dimanapun substansi itu berada. Setiap penambahan ke dalam substansi tersebut akam mengubah berat keseluruhan. Tumpahan air merupakan cara yang paling sederhana untuk mengetahui hal tersebut. Pengetahuan itu akhirnya mempunyai power untuk membuktikan bahwa sebuah mahkota bukan terbuat dari emas murni, melainkan ada tambahan logam lainnya. Disamping itu Archimedes juga menemukan alat pengungkit, derek, dan katrol. Dan banyak dari temuannya tersebut menjadi power bagi kepentingan militer. Bahkan, ia menggunakan lensa untuk memfokuskan cahaya matahari, yang nantinya menjadi power bagi tentara Yunani untuk mengecoh tentara Roma dan bahkan menimbulkan kebakaran di perkemahan mereka.
Dari paparan tiga tokoh Pra-Sokratik di atas menunjukkan perkataan Bacon bahwa knowledge is power bukan omong kosong. Bahkan, Bacon menjadi perumus pertama dari apa yang nantinya menjadi norma umum di dalam metode ilmiah, yakni bahwa semua bentuk pengetahuan harus didasarkan pada bukti-bukti dan eksperimen. Perkembangan ilmu pengetahuan berikutnya, seperti, dalam dunia astronomi, teori evolusi, teori relativitas, mekanika kuantum, genetika, sampai dengan revolusi digital telah membawa kemajuan yang luar biasa dalam bidang teknologi, menjadi power yang dasyat bagi yang mampu menguasai dan mengembangkannya.
Memang benar bahwa pengetahuan adalah kekuatan, namun demikian tidaklah cukup hanya dengan menimba pengetahuan dari berbagai sumur, mencari pengetahuan dari berbagai negeri, dan mengumpulkan bergunung-gunung pengetahuan. Pengetahuan yang didapat harus diaplikasikan, diwujudkan dalam action. Knowledge is power sudah menjadi panglima untuk kemajuan dunia sekarang, namun masih dikawatirkan banyak orang yang sekedar punya pengetahuan yang lebih tanpa Applied.

APPLIED Knowledge is Power
Sebuah istilah yang banyak di pakai dalam dunia bisnis, terutama marketing, untuk lebih menajamkan makna power. Knowledge tidak akan pernah menjadi power tanpa applied. Ilmu yang dipraktekkan adalah kekuatan. Bukan ilmu yang dikumpulkan, tapi dipratekkan. Roger Hamilton dalam bukunya Wink and Grow Rich menggunakan kata-kata yang kurang lebih maknanya sama yakni to know but not to do is not yet to know. Mengetahui tapi tidak melaksanakannya sama dengan tidak tahu, mempunyai ilmu tetapi tidak pernah menggunakan ilmu tersebut sama saja tidak berilmu, kira-kira demikian maknanya. Bagi banyak marketing, setelah membaca buku atau mengikuti seminar, yang harus selalu ditanyakan, apa ilmu yang bisa dipraktekkan? Pertanyaan tersebut biasanya mengarahkan saya kepada tindakan yang produktif.
Dalam dunia pendidikan pun, terutama guru (sebagaiman profesi penulis), APPLIED Knowledge is Power ini harus menjadi panglima dalam tugas sebagai pendidik. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang tujuan pendidikan yang mengembangkan kreativitas siswa-siswanya dan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara utuh dan berkelanjutan. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang teori belajar yaitu belajar melakukan penelitian dan percaya diri, bekerjasama, dan instrospeksi. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang teori mengajar yakni bahwa mengajar adalah memberi kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mampu menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri dengan bantuan gurunya dan memberi kesempatan seluas-luasnya agar para siswa mampu melakukan kegiatan diskusi dan melakukan kegiatan penelitian. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang sumber yakni bahwa sumber belajar adalah lingkungan alam, termasuk alat peraga dan alat bantu dan lingkungan serta masyarakat dengan segenap isinya. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang teori evaluasi belajar yakni bahwa evaluasi belajar adalah portfolio dan assessment serta portfolio dan konteks belajar. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang teori kurikulum yakni bahwa kurikulum adalah kebutuhan. Maka kurikulum harus melayani kebutuhan subyek didik dan kurikulum adalah bermacam-macam. Maka kurikulum harus dapat melayani bermacam-macam warga dan masyarakat. Itulah sebenar-benar heterogonomus. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang ideologi pendidikan yakni bahwa pendidikan adalah untuk memerdekakan diri dan pendidikan adalah demokrasi. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang hakekat ilmu yakni bahwa ilmu adalah proses berpikir dan kegiatan sosial. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang nilai moral yakni bahwa nilai moral itu adalah hak azasi manusia, keadilan dan kemerdekaan. Guru tidak cukup hanya mempunyai pengetahuan tentang hakekat siswa yakni bahwa siswa adalah kebutuhannya. Itulah yang harus kita penuhi. Bahwa siswa adalah perkembangannya. Itulah yang harus kita jamin.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut haruslah diwujudnyatakan sehingga bermakna sebagai power-nya guru yang berpengetahuan. Kita tidak mungkin hanya bermimpi dalam mewujudkan pengetahuan tapi harus dengan karya. Stop Dreaming Start Action, maknanya agar kita tidak hanya bermimpi untuk mendapatkan sesuatu melainkan perlu berusaha dengan sungguh-sungguh, dengan cara yang baik, rajin, ulet, dan tekun. Yang pasti untuk benar-benar berhasil kita perlu NOT only dreaming buat Start a real Action. Action dalam menerapkan knowledge kita.

Sumber bacaan:
Reza A.A. Wattimena (2008); Filsafat dan Sains; Grasindo Jakarta.
http://100tokohsejarah.wordpress.com/2009/10/24/francis-bacon/
http://katamutiara.net/stop-dreaming-start-action
http://powermathematics.blogspot.com/search?q=Elegi+menggapai+inovasi+pendidikan
http://roniyuzirman.wordpress.com/2006/04/26/applied-knowledge-is-power/

Sabtu, 09 Januari 2010

Apakah Descartes meragukan Geometry Analitys?


Rene Descartes, filosof, ilmuwan, matematikus Perancis yang tersohor lahir di La Haye-lah tahun 1596. Waktu mudanya dia sekolah Yesuit, College La Fleche. Begitu umur dua puluh dia dapat gelar ahli hukum dari Universitas Poitiers walau tidak pernah mempraktekkan ilmunya samasekali. Meskipun Descartes peroleh pendidikan baik, tetapi dia yakin betul tak ada ilmu apa pun yang bisa dipercaya tanpa matematika. Karena itu, bukannya dia meneruskan pendidikan formalnya, melainkan ambil keputusan kelana keliling Eropa dan melihat dunia dengan mata kepala sendiri. Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, anggapan itu memang benar. Kata “Bapak” diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada Zaman Modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakainan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dialah orang pertama di akhir Abad Pertengahan itu yang menyusun argumentasi yang kuat, yang distinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, bukan yang lainnya.
Sekitar tahun 1629 ditulisnya Rules for the Direction of the Mind buku yang memberikan garis-garis besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak komplit dan tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Diterbitkan untuk pertama kalinya lebih dari lima puluh tahun sesudah Descartes tiada. Dari tahun 1630 sampai 1634, Descartes menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari lebih mendalam tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan penjajagan secara terpisah. Dia bergumul dalam bidang yang berdiri sendiri seperti optik, meteorologi, matematika dan pelbagai cabang ilmu lainnya.
Menjadi keinginan Descartes sendiri mempersembahkan hasil-hasil penyelidikan ilmiahnya dalam buku yang disebut Le Monde (Dunia). Tetapi, di tahun 1633, tatkala buku itu hampir rampung, dia dengan penguasa gereja di Italia mengutuk Galileo karena menyokong teori Copernicus bahwa dunia ini sebenarnya bulat, bukannya datar, dan bumi itu berputar mengitari matahari, bukan sebaliknya. Meskipun di Negeri Belanda dia tidak berada di bawah kekuasaan gereja Katolik, toh dia berkeputusan berhati-hati untuk tidak menerbitkan bukunya walau dia pun sebenarnya sepakat dengan teori Copernicus. Sebagai gantinya, di tahun 1637 dia menerbitkan bukunya yang masyhur Discourse on the Method for Properly Guiding the Reason and Finding Truth in the Sciences.
Descartes, mengawali filsafat modernnya dengan mengemukakan metode barunya yang disebut dengan “Metode Keragu-raguan” (Skeptis) untuk membangun sebuah dasar yang kuat bagi filsafatnya. Descartes berupaya melepaskan diri dari segala gagasan filsafati yang ada dan cara berfikir tradisional, agar ia dapat memperbaharui filsafat dan ilmu pengetahuan dengan metode baru yang benar-benar tepat dan berdaya guna. Metode Skeptisisme berawal dari pemikiran bahwa untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, ia meragukan (skeptis) terlebih dulu terhadap segala seuatu yang dapat diragukan. Mula-mula ia meragukan semua yang dapat diindera, obyek yang sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah langkah pertama metode skeptis terebut. Dia meragukan adanya badannya sendiri, keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang sebenarnya tidak jelas. Di dalam mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, maka dalam keragu-raguan itu jelas ia ada sedang berfikir. Sebab yang sedang berfkir itu tentu ada dan jelas terang benderang “Corgito Ergo Sum” (saya berfikir, maka jelaslah saya ada). Metode ini juga sering disebut Cogito Descartes, atau metode cogito saja. Metode ini tertuang dalam dua bukunya yaitu Discours de la Methode (1637) dan Meditations (1642).
Menurut Descartes, ada sesuatu yang muncul, baik dalam jaga maupun dalam mimpi, yakni gerak, jumlah, dan besaran (volume). Ketiga macam ini lebih menyakinkan adanya, mungkin ketiga inilah yang benar-benar ada. Karena keraguannya, Descartes mengujinya. Yang ketiga macam ini adalah matematika. Kata Descartes, matematika dapat salah, saya sering salah menjumlah (angka), salah mengukur (besaran), juga demikian pada gerak. Jadi ilmu pastipun dapat diragukan. “Ilmu pasti lebih pasti daripada benda, tetapi saya masih dapat meragukannya”, kata Descartes.
Lebih lanjut Desacartes mengatakan bahwa sumber kebenaran ialah rasio. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa seseorang kepada kebenaran, yang benar hanyalah tindakan akal yang terang benderang yang disebutnya Ideas, Claires at Distinctes (pemikiran yang terng benderang dan terpilah-pilah). Ide terang benderang ini pemberian Tuhan sebelum dilahirkan Idea innatal = ide bawaan). Ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar filsafat haruslah rasio. Sementara tokoh-tokoh gereja tetap yakin bahwa dasar filsafat seharusnya iman sebagaimana tersirat di dalam jargon credo ut intelligam. Embrio dasar Rasionalisme Descartes kemudian menuai banyak cabang-cabang Rasionalisme. Aliran-aliran madzhab Rasionalisme bermunculan seiring dengan menggeliatnya doktrin ini. Setidaknya ada tiga sub-madzhab Rasionalisme yang berkembang di belahan dunia Barat.
Dalam Discours de la Methode, Descartes menyuguhkan contoh-contoh penemuan-penemuan yang telah dilakukannya dengan menggunakan metode itu. Pertama Optics, Descartes menjelaskan hukum pelengkungan cahaya (yang sesungguhnya sudah ditemukan oleh Willebord Snell). Dia juga mempersoalkan masalah lensa dan pelbagai alat-alat optik, melukiskan fungsi mata dan pelbagai kelainan-kelainannya serta menggambarkan teori cahaya yang hakekatnya versi pemula dari teori gelombang yang belakangan dirumuskan oleh Christian Huygens. Kedua terdiri dari perbincangan ihwal meteorologi, Descartes membicarakan soal awan, hujan, angin, serta penjelasan yang tepat mengenai pelangi. Dia mengeluarkan sanggahan terhadap pendapat bahwa panas terdiri dari cairan yang tak tampak oleh mata, dan dengan tepat dia menyimpulkan bahwa panas adalah suatu bentuk dari gerakan intern. (Tetapi, pendapat ini telah ditemukan lebih dulu oleh Francis Bacon dan orang-orang lain). Ketiga Geometri, dia mempersembahkan sumbangan yang paling penting dari semua yang disebut di atas, yaitu penemuannya tentang geometri analitis. Ini merupakan langkah kemajuan besar di bidang matematika, dan menyediakan jalan buat Newton menemukan Kalkulus.
Sedikitnya ada lima ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan pikiran Eropa, pertama pandangan mekanisnya mengenai alam semesta, kedua sikapnya yang positif terhadap penjajagan ilmiah, ketiga tekanan yang diletakkannya pada penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan, keempat pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptis, dan kelima penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi.
Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X letaknya horisontal dan disebut axis atau sumbu X, sedangkan garis Y letaknya tegak lurus pada sumbu X. Karena sistem tersebut didasarkan pada dua garis lurus yang berpotongan tegak lurus, maka sistem koordinat itu dinamakan orthogonal coordinate system. Kedudukan tiap titik dalam bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbu X dan sumbu Y. Dengan demikian kedudukan tiap titik dalam bidang tadi dapat dinyatakan dan diukur dari titik potong kedua sumbu menyusuri sumbu-sumbu tadi. Pentingnya sistem yang dikemukakan oleh Descartes ini terletak pada hubungan yang diciptkannya antara ilmu ukur bidang datar dengan aljabar. Tiap titik dapat dinyatakan dengan dua koordinat Xi dan Yi. Panjang garis dapat dinyatakan serupa dengan hukum Phytagoras mengenai hypothenusa. Penemuan Descartes inilah yang dinamakan Analytic Geometry. Descartes menegaskan bahwa sebuah titik dalam ruang dapat juga ditentukan oleh tiga co-koordinat, tetapi ia terbatas perhatiannya pada bidang kurva.
Jadi dalam bidang matematika Descartes sangat terkenal karena berhasil mengembangkan Geometri Analitys yang memadukan aritmatika dan geometri dengan menggunakan rumus-rumus aljabar yang kemudian dikenal sebagai Cartesian Coordnates.
Pengikut Descartes lainnya, Leibniz menyebut substansi dengan monade sebagai Principle of Nature and Grace Founded on reason. Ia memaknai monade ini dengan the true atom of nature. Atom disini adalah jiwa-jiwa, sehingga monade yang dimaksudkan adalah pusat-pusat kesadaran. Di atas prinsip rasionalnya ia menyusun pemikiran filsafatnya yang paling terkenal adalah logika modern. Leibniz mengajarkan bahwa ilmu alam adalah perwujudan dunia yang tampil secara matematis. Dunia yang terlihat dengan nyata ini hanya dapat dikenal melalui penerapan dasar-dasar pertama pemikiran. Pandangan ini berkaitan dengan dasar epistimologi Leibniz, yakni kebenaran pasti atau kebenaran logis dan kebenaran fakta atau kebenaran pengalaman.
Atas dasar pebedaan jenis kebenaran itu Leibniz kemudian membedakan dua jenis pengetahuan, yaitu :Pertama, pengetahuan yang menaruh perhatian pada kebenaran eternal (abadi), dalam hal ini kebenaran logis. Pengetahuan ini didasarkan pada prinsip identitas dan prinsip kontradiksi. Kedua, pengetahuan yang didasarkan pada observasi atau pengamatan, hasilnya disebut “kebenaran kontingen” atau “kebenaran fakta”. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar Leibniz, lapangan pengetahuan menjadi tiga bidang, yaitu : kosmologi rasional, psikologi rasional, teologi rasional.
Descartes sebagai bapak filsafat modern telah menempatkan manusia dengan segala kemampuan rasionalnya sebagai subjek yang sentral dalam pemecahan masalah dunia. Rasionalitas menjadi ukuran tunggal kebenaran, tolok ukur dari segala sesuatu. Jadi pandangan Descartes terhadap manusia adalah Humanisme atau antroposenterisme. Ia memandang positif kepada diri dan rasio manusia dalam membangun dunia kearah yang lebih baik. Descartes mewakili semangat zamannya yakni Modernisme yang memandang cerah masa depan umat manusia seiring dengan bergulirnya renaisance. Manusia adalah mahluk yang berakal dan bertanggung jawab dengan akalnya.
Descartes telah mengembangkan metodenya bermula dari sebuah keraguan yang kemudian muncul aliran rasionalisme. Yang kemudian dikembangkan oleh Baruch Spinoza dan Leibniz. Setelah itu rasionalisme dikembangkan secara sempurna oleh Hegel yang kemudian terkenal sebagai tokoh rasionalisme dalam sejarah. Terlepas dari penemuan-penemuan hebat Descartes, saya sempat berpikir apakah Descartes juga meragukan penemuan-penemuannya. Apakah Descartes meragukan Geometry Analitys? Apakah Descartes juga meragukan Cartesian Coordnates?. Namun pertanyaan saya ini saya jawab juga sendiri dengan metode Cogito Descartes, If I think about Geometry Analitys, it is real, If I use Cartesian Coordnates in my life, it is real.

Sumber bacaan :
Ahmad Tafsir, Prof. Dr (2000); Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra ; PT. Remaja Rosdakarya; Bandung
http://www.maths.tcd.ie/pub/HistMath/People/Descartes/RouseBall/RB_Descartes.html
http://www.utm.edu/research/iep/d/descarte.htm
http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/Mathematicians/Descartes.html
http://oregonstate.edu/instruct/phl302/philosophers/descartes.html
http://scienceworld.wolfram.com/biography/Descartes.html
http://media.isnet.org/iptek/100/Descartes.html
http://forumpendidikanislam.blogspot.com/2007/11/filsafat-ilmu-ala-rene-descartes.html#_ftnref11